Secara luas, akuntansi atau accounting disebut sebagai “bahasa bisnis”. Karena meskipun ilmu ini lebih banyak dikaitkan dengan sistem hitung-menghitung, faktanya accounting lebih dari sekadar itu.
Justru dengan penerapan accounting yang tepat, sebuah perusahaan akan dapat memahami keuangan usahanya dengan lebih baik, termasuk dalam hal perencanaan pemasukan dan pengeluaran secara strategis yang sangat berkaitan dengan kelangsungan sebuah bisnis.
Di dalam artikel ini, Anda akan mendapatkan rangkuman informasi lengkap mengenai accounting, meliputi definisi, tujuan, berbagai jenis, proses, hingga prinsip akuntansi. Lewat informasi ini, diharapkan Anda akan lebih bisa memahami ilmu ini dengan lebih baik. Selamat membaca!

Apa Itu Akuntansi?
Ada banyak penjelasan mengenai definisi accounting dari para ahli, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
- Warren, dkk. (2005:10)
Secara umum, accounting merupakan sebuah sistem informasi yang menghasilkan laporan bagi para pihak berkepentingan terkait aktivitas ekonomi serta kondisi perusahaan.
- Soemarsono S.R. (2004)
Accounting merupakan sebuah proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi yang memungkinkan adanya penilaian serta keputusan jelas dan tegas bagi para pemakai informasi tersebut.
- Paul Grady
Akuntansi adalah tubuh ilmu pengetahuan dan fungsi organisasi yang secara sistematis, otentik, dan original dalam pencatatan, pengklasifikasian, pemrosesan, pembuatan ikhtisar, analisis, dan interpretasi seluruh transaksi, kejadian, dan karakter keuangan di dalam operasional entitas akuntansi, yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang berarti bagi manajemen sebagai bentuk laporan dan pertanggungjawaban.
- Financial Accounting Standard Board (FASB)
Accounting merupakan suatu aktivitas jasa yang fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif yang dipergunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
- Weygandt, Kieso, Kimmel (2011:4)
Accounting adalah bagian sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa atau kejadian ekonomi di dalam suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
Sedangkan dilansir dari Investopedia, akuntansi merupakan sebuah proses perekaman transaksi-transaksi keuangan yang berkaitan dengan sebuah bisnis. Proses accounting yang terlibat meliputi rangkuman, analisis, dan pelaporan transaksi-transaksi tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan – manajemen, investor, pemerintah, hingga instansi perpajakan.
Produk akhir yang dihasilkan adalah sebuah financial statements atau laporan keuangan, yang merupakan rangkuman menyeluruh dari semua transaksi keuangan yang terjadi dalam satu periode akuntansi. Laporan tersebut juga merangkum operasional, posisi keuangan, serta arus kas (cash flow) sebuah perusahaan.
Baca juga: Sejumlah Alasan Memilih Jurusan Akuntansi
Akuntansi di dalam Bisnis
Accounting merupakan salah satu fungsi penting di dalam sebuah bisnis, terlepas dari skala maupun sektor industrinya. Proses dan fungsinya bisa jadi dipegang oleh seorang akuntan maupun bookkeeper di sebuah bisnis kecil, atau oleh satu divisi yang memiliki beberapa karyawan pada sebuah bisnis besar. Terlepas dari itu, laporan yang dihasilkan dari berbagai jenis accounting sangat penting dalam membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan bisnis yang baik.
Laporan keuangan yang merangkum operasi, posisi keuangan, dan arus kas sebuah perusahaan dalam satu periode tertentu merupakan laporan padat dan gabungan (konsolidasian) yang disusun berdasarkan ratusan hingga ribuan transaksi keuangan, bergantung skala bisnisnya.
Oleh karena itu, apabila seorang bookkeeper saja barangkali dirasa sudah cukup untuk menangani fungsi akuntansi dasar dalam sebuah bisnis kecil, lain halnya dengan perusahaan besar. Dalam sebuah perusahaan yang lebih besar, fungsi ini tak hanya dijalankan oleh sebuah divisi, tapi juga ditangani oleh para akuntan dengan kualifikasi yang lebih tinggi.
Jenis-Jenis Akuntansi
Berikut ini adalah beberapa jenis akuntansi, terutama yang paling umum diterapkan dan ditemukan di dalam organisasi bisnis.
1. Financial accounting (akuntansi keuangan).
Financial accounting mengacu pada proses yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan interim maupun laporan keuangan tahunan. Seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam satu periode akuntansi tertentu kemudian dirangkum ke dalam balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas).
Laporan keuangan perusahaan biasanya diaudit setiap tahun oleh kantor akuntan publik (KAP). Dan bagi perusahaan yang sudah publik atau sudah melantai di bursa saham, audit ini menjadi sebuah kewajiban. Di samping itu, audit juga biasanya diwajibkan oleh kreditur bagi perusahaan yang menjadi debiturnya. Pada akhirnya, masing-masing perusahaan menjalankan audit laporan keuangan setiap tahun dengan alasan tertentu.
2. Managerial accounting (akuntansi manajerial).
Di dalam managerial accounting, data yang dipergunakan pada dasarnya sama seperti data di dalam financial accounting. Yang menjadi pembedanya adalah bagaimana managerial accounting mengelola serta mempergunakan data-data tersebut sebagai informasi dengan cara dan untuk tujuan yang berbeda.
Seperti yang ditunjukkan oleh namanya, managerial accounting alias akuntansi manajerial bertujuan untuk menghasilkan laporan yang dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam membuat keputusan mengenai operasional usaha. Jenis accounting yang satu ini meliputi berbagai aspek, termasuk penganggaran, forecasting atau peramalan, dan berbagai alat analisis keuangan lainnya.
Dengan begitu, bisa Anda simpulkan bahwa segala jenis informasi yang berguna bagi pihak manajemen termasuk ke dalam sektor managerial accounting.
3. Cost accounting (akuntansi biaya).
Apabila managerial accounting dapat membantu perusahaan membuat keputusan terkait dengan manajemennya, cost accounting membantu perusahaan dalam membuat keputusan mengenai costing atau biaya. Pada dasarnya, cost accounting mempertimbangkan seluruh biaya yang terkait dengan produksi produk.
Informasi yang dihasilkan lewat cost accounting ini dipergunakan oleh para analis, manajer, akuntan, maupun pemilik bisnis dalam menentukan biaya produk sebuah bisnis. Oleh karena itu, cost accounting memandang uang sebagai sebuah faktor ekonomi di dalam produksi. Sedangkan di dalam financial accounting, uang sebatas menjadi alat ukur performa ekonomi sebuah perusahaan.
Baca juga: Prospek Kerja yang Dimiliki Lulusan Jurusan Akuntansi
Siklus Akuntansi
Accounting cycle atau siklus akuntansi merupakan sebuah proses dasar yang dijalankan untuk pembukuan sebuah organisasi. Apabila dirinci, siklus ini terdiri atas 8 (delapan) langkah utama. Keseluruhan siklus akuntansi dapat menyediakan panduan jelas dalam proses pencatatan, analisis, dan pelaporan aktivitas keuangan sebuah bisnis.
Penerapan siklus ini dilakukan secara komprehensif sepanjang satu periode akuntansi secara penuh. Oleh karena itu, penerapannya perlu dilakukan secara teratur dari satu periode ke periode lainnya demi menjaga tingkat efisiensi seluruh prosesnya.
Periode yang dimaksud di sini tidak bersifat baku. Artinya, masing-masing perusahaan bisa menerapkan periode siklus akuntansinya dengan bebas sesuai kebutuhannya, misal bulanan, kuartalan, atau tahunan. Terlepas dari periode yang dipilih, para bookkeeper harus selalu mengetahui seperti apa posisi keuangan perusahaan dari hari ke hari. Oleh karena itu, siklus akuntansi memiliki tanggal pembukaan (opening) dan tanggal penutupan (closing). Jadi, begitu satu siklus ditutup, perusahaan memulai siklus baru.
Lalu, seperti apa dan apa saja proses yang terlibat di dalam satu accounting cycle? Anda bisa simak daftar dan penjelasan masing-masing prosesnya berikut ini.
Langkah 1: Identifikasi transaksi.
Langkah pertama di dalam siklus ini adalah identifikasi transaksi. Sebab, sebuah perusahaan pasti akan memiliki banyak transaksi di sepanjang siklus akuntansinya. Dan masing-masing transaksi tersebut perlu dicatat dengan tepat di dalam pembukuan perusahaan. Untuk membantu proses identifikasi transaksi yang efisien, catatan atau record seperti bukti transaksi jadi salah satu dokumen penting yang harus diperhatikan.
Langkah 2: Pencatatan transaksi di dalam jurnal umum.
Langkah berikutnya adalah membuat entri jurnal untuk masing-masing transaksi yang telah diidentifikasi, baik itu transaksi penerimaan maupun pengeluaran. Dalam langkah ini, penerapannya akan bergantung pada apa basis pencatatan yang digunakan perusahaan: basis akrual (accrual basis) atau basis kas (cash basis).
Terlepas dari basis pencatatan transaksi yang digunakan, praktik akuntansi saat ini secara umum mempergunakan metode pencatatan double-entry, atau entri ganda. Artinya, masing-masing transaksi perlu dicatat sebagai dua entri yang dibutuhkan dalam proses pelaporan keuangan perusahaan nantinya. Dengan metode double-entry, transaksi akan memiliki entri debit dan kredit yang jumlahnya sama.
Langkah 3: Posting ke buku besar.
Begitu transaksi dicatat di dalam jurnal umum, transaksi tersebut harus dimasukan juga ke buku besar. Buku besar ini menyediakan penjelasan rinci mengenai semua aktivitas akuntansi berdasarkan akun atau rekening. Misalnya kas, piutang, pendapatan usaha, utang usaha, dan sebagainya.
Lewat posting transaksi dari jurnal ke buku besar, bookkeeper akan bisa memonitor posisi dan status keuangan perusahaan berdasarkan rekeningnya. Sebagai contoh, rekening kas menunjukkan ada berapa kas yang tersedia dan dapat digunakan segera oleh bisnis untuk operasional.
Langkah 4: Neraca saldo (trial balance).
Pada akhir periode akuntansi, bookkeeper kemudian akan menghitung trial balance alias neraca saldo. Langkah ini dilakukan untuk membantu perusahaan mengetahui berapa saldo yang ada di masing-masing akun atau rekening. Hanya saja, saldo yang tertera di dalam neraca saldo ini masih belum disesuaikan, alias unadjusted. Proses penyesuaiannya sendiri akan dilakukan pada langkah 5 dan langkah 6 berikut ini.

Langkah 5: Kertas kerja (worksheet).
Langkah kelima dalam accounting cycle adalah penyusunan worksheet alias kertas kerja, yang dilakukan untuk memastikan bahwa saldo debit dan kredit sama alias seimbang. Apabila terdapat selisih, bookkeeper harus melakukan penyesuaian. Dan dalam melakukan penyesuaian, jurnal penyesuaian alias adjusting entries biasanya dibutuhkan, terutama dalam pencocokan pendapatan dan biaya apabila perusahaan mempergunakan basis akrual.
Langkah 6: Penyesuaian untuk entri jurnal.
Setelah menyusun kertas kerja untuk mencocokkan saldo di semua rekening, langkah berikutnya adalah penyesuaian entri jurnal. Di sinilah bookkeeper membuat yang disebut sebagai jurnal penyesuaian, atau adjusting entries.
Disadur dari Bench Accounting, jurnal penyesuaian umumnya dipakai untuk 5 (lima) transaksi berikut ini.
1. Pendapatan yang diakru (accrued revenues).
Apabila Anda menghasilkan pendapatan dalam satu periode akuntansi, tapi tidak mengakuinya sampai nanti, penyesuaian untuk pendapatan yang diakru perlu dilakukan.
Sebagai contoh, Anda memiliki bisnis produksi baju. Pada bulan Maret, Anda mendapatkan klien yang memesan baju senilai Rp 10 juta, kemudian Anda mengirimkan faktur atau invoice kepada klien tersebut, yang membayarnya pada tanggal 10 April.
Dari pesanan tersebut, Anda sudah mengeluarkan biaya untuk memproduksi baju pada bulan Maret, seperti kain, tenaga kerja, benang, listrik, dan sewa gudang produksi. Untuk menunjukkan pendapatan Anda secara akurat pada bulan tersebut, Anda harus mencatatkan pendapatan yang Anda peroleh. Ingat, pendapatan dikurangi biaya adalah penghasilan (income).
Karena itulah jurnal penyesuaian dicatat. Sebab, transaksi di bulan Maret tersebut dicatat di “Piutang Pendapatan” (debit) dan “Pendapatan” (kredit). Kemudian pada 10 April, Anda mencatatkan uang yang Anda terima dari klien ke rekening “Kas” (debit) dan “Piutang Pendapatan” (kredit).
2. Biaya yang diakru (accrued expenses).
Apabila Anda sudah paham dengan konsep pendapatan yang diakru, penyesuaian untuk biaya yang diakru akan lebih mudah untuk Anda pahami saja. Pada dasarnya, biaya yang diakru adalah biaya-biaya yang terjadi pada suatu periode, tapi baru Anda bayarkan di kemudian hari.
Sebagai contoh, di bulan Maret Anda menyewa mesin potong kain untuk bisnis produksi baju yang Anda jalankan. Anda setuju untuk membayar sewa mesin sebesar Rp 250 ribu selama seminggu. Akan tetapi, pemilik mesin baru mengirimkan faktur tagihan pada awal April.
Oleh karena itu, Anda perlu mencatatkan biaya yang perlu Anda bayarkan kepada pemilik mesin sebagai “Biaya yang Diakru” (kredit) dan “Biaya Sewa Mesin” (debit). Dan di bulan April, begitu Anda membayar biaya sewa sesuai tagihan, Anda mencatatkan saldo “Biaya yang Diakru” (debit) dan “Kas” (kredit).
3. Pendapatan di muka atau ditangguhkan (deferred revenues).
Dalam kasus di mana Anda dibayar di muka oleh klien Anda, pendapatan tersebut disebut sebagai pendapatan di muka atau pendapatan ditangguhkan (deferred revenues). Sebab, meskipun Anda sudah menerima pendapatan dalam bentuk uang, Anda masih harus mencatatkan pendapatan pada periode di mana produk atau jasa benar-benar diberikan kepada klien Anda tersebut.
Misalnya, Anda menerima uang sebesar Rp 5 juta karena diundang sebagai pembicara di seminar kewirausahaan. Uang tersebut Anda terima pada bulan April, sementara acara seminar baru berlangsung pada bulan Mei.
Sebagai dampak dari transaksi tersebut, Anda perlu mencatatkan pendapatan tersebut di bulan April dalam rekening “Kas” (debit) dan “Pendapatan Ditangguhkan” (kredit). Kemudian di bulan Mei setelah Anda menjadi pembicara di seminar kewirausahaan, Anda membuat jurnal penyesuaian untuk pendapatan di muka dengan mencatat “Pendapatan Ditangguhkan” (debit) dan “Pendapatan Pembicara” (kredit).
4. Biaya dibayar di muka (prepaid expenses).
Biaya dibayar di muka juga serupa dengan pendapatan di muka. Hanya saja, perbedaannya adalah Anda mengeluarkan uang untuk pengeluaran tertentu di muka, kemudian baru mencatatkan biayanya di setiap periode dimana pengeluaran tersebut terealisasikan.
Contoh paling mudah untuk biaya di muka adalah sewa bangunan, misal sewa gedung atau kantor. Misalnya Anda membayar biaya sewa pabrik selama 1 tahun (12 bulan) sebesar Rp 120 juta pada awal bulan Februari. Pada saat ini, Anda mencatatkan di rekening “Biaya Sewa di Muka” (debit) dan “Kas” (kredit).
Kemudian, di awal bulan Maret Anda mencatatkan biaya sewa yang sudah terpakai atau berlaku, yaitu Rp 1 juta pada rekening “Biaya Sewa Pabrik” (debit) dan “Biaya Sewa di Muka” (kredit).
5. Biaya depresiasi.
Pada saat Anda mendepresiasikan aset – mengurangi nilai sebuah aset berdasarkan umur pakainya – Anda menghitungnya sekaligus. Hanya saja, biaya depresiasinya akan disebar di beberapa periode akuntansi sekaligus, misalnya untuk 3 tahun, 5 tahun, dan seterusnya. Perhitungan biaya depresiasi ini biasanya dilakukan untuk pembelian dalam jumlah besar seperti perlengkapan, kendaraan, atau mesin.
Pada akhir periode akuntansi dimana aset didepresiasikan, nilai total depresiasi yang diakumulasi dan ditampilkan pada neraca mengalami perubahan. Dan setiap kali Anda membayar depresiasi, peristiwa tersebut akan muncul sebagai biaya pada laporan laba rugi Anda.
Lalu, bagaimana depresiasi dicatat? Pada dasarnya, pencatatan depresiasi di pembukuan perusahaan bergantung pada apa metode depresiasi yang Anda gunakan. Prosesnya sendiri bisa jadi sangat kompleks dan melibatkan nominal yang tak sedikit. Oleh karena itu, menentukan apa metode perhitungan depresiasi perlu Anda konsultasikan dengan konsultan.
Langkah 7: Penyusunan laporan keuangan.
Setelah perusahaan membuat semua jurnal penyesuaian yang dibutuhkan, langkah berikutnya yang dilakukan perusahaan adalah membuat laporan keuangan. Secara garis besar, laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan adalah laporan laba rugi (income statement), neraca (balance sheet), dan laporan arus kas (cash flow statement).
Langkah 8: Tutup buku.
Langkah berikutnya yang juga menjadi langkah terakhir dalam siklus akuntansi adalah closing, atau yang juga biasa dikenal sebagai tutup buku di Indonesia. Dalam langkah ini, perusahaan biasanya perlu membuat laporan tutup buku yang berisi laporan analisis performa bisnis sepanjang periode tersebut.
Setelah perusahaan menyelesaikan satu siklus akuntansi, perusahaan akan memulai siklus baru dari awal di dalam satu periode pelaporan yang baru juga. Oleh karena itu, periode tutup buku ini biasanya juga dimanfaatkan sebagai momen untuk mengirimkan dokumen-dokumen penting seperti dokumen perpajakan, merencanakan periode pelaporan accounting selanjutnya, maupun melakukan review penanggalan untuk tugas maupun event di kemudian hari.
Baca juga: Apa Saja Mata Kuliah Jurusan Akuntansi? Ini yang Dipelajari
Pentingnya Siklus Akuntansi
Adanya accounting cycle atau siklus akuntansi dapat mempermudah baik itu bookkeeper maupun wirausahawan yang baru saja merintis usahanya, sehingga waktunya banyak terpakai untuk melakukan multitasking. Sebab, siklus ini dapat menjadi panduan dalam menerapkan sistem akuntansi bagi bisnis yang sistematis, konsisten, akurat, serta efisien.
Pentingnya Akuntansi
Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa alasan utama pentingnya akuntansi terutama bagi sebuah bisnis:
- Membantu perusahaan mengelola catatan-catatan transaksi bisnis atau peristiwa keuangan secara terus-menerus dan berkala.
- Menunjang proses penyusunan anggaran (budgeting) dan perencanaan, termasuk untuk mengalokasikan sumber daya (resource) yang dimiliki seperti tenaga kerja, mesin, perlengkapan, dan kas.
- Mendukung proses pembuatan keputusan oleh manajemen, terutama yang berkaitan dengan operasional usaha.
- Laporan yang dihasilkan dapat menunjukkan seperti apa performa bisnis dalam satu periode tertentu.
- Mengkomunikasikan informasi penting dan relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor, kreditur, hingga instansi pemerintah dan perpajakan.
- Memenuhi persyaratan hukum terkait dengan pelaksanaan usaha, terutama bagi perusahaan yang sudah menerbitkan dan memperdagangkan sahamnya di bursa saham.
Itu tadi dia rangkuman penjelasan lengkap mengenai akuntansi, yang meliputi definisinya dari berbagai ahli, jenis-jenisnya, siklus, hingga alasan pentingnya accounting. Semoga dengan informasi di atas, Anda bisa memahami bidang ini dengan lebih baik dan mudah, terutama jika Anda adalah seorang entrepreneur alias wirausahawan dengan pengetahuan tentang accounting yang minim namun Anda sadar betul pentingnya accounting bagi kelangsungan bisnis.